Jujur saja, aku mungkin masih tergolong karbitan dalam iman. Sebagian kegiatan kerohanian aku lakukan karena sudah menjadi kebiasaan saja, bagian dari rutinitas dan formalitas. Namun, ada satu momen tentang kepasrahan diri pada Tuhan yang luar biasa bagiku. Momen yang sangat berarti dalam hidupku.
sebaiknya aku jelaskan dulu latar belakang sebelum momen itu. cerita singkatnya,pada tahun 2014 aku lulus dari SMA. Seperti anak SMA yang lain aku berencana melanjutkan kuliah, namun aku tidak lulus SNMPTN dan SBMPTN, aku baru lulus setelah UMB. aku kecewa luar biasa, karena aku sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk gagal. Setelah berunding dengan keluarga, aku jadinya tidak masuk ke jurusan yang ku menangkan di UMB. Tapi aku melanjutkan ke sebuah institut di daerah ku.
Masuk ke institut tersebut benar benar berkebalikan dengan rencana masa kuliah ku. Pada awalnya, aku menerima tawaran tersebut karena orang tuaku dan beberapa kerabat.Jadi bisa dikatakan itu adalah bentuk kompromi dan baktiku sebagai anak. aku merasa sudah sangat mengecewakan mereka dengan tidak lulus di SNMPTN dan SBMPTN dan tidak kuasa menolak tawaran itu. akhirnya aku berkuliah disana, di sebuah tempat yang tidak pernah ku pikirkan dengan jurusan yang tidak pernah ku bayangkan.
Walau telah mempersiapkan diri akan kecewa,aku ternyata lebih kecewa dari yang ku bayangkan. Bukan karena institutnya yang kurang bagus atau teman temannya. semuanya baik,hanya saja tidak pas. aku merasa hampa.Lebih seperti tidak mati dari pada hidup. Namun aku tidak punya pilihan lain, jadi aku menjalaninya saja. Semester pertama aku masih berpikir untuk mengulang, namun aku sadar orang tuaku tidak mampu. apalagi adikku juga akan kuliah,karena kami hanya beda satu tahun.
Hari hari berlalu. Singkat cerita, pada suatu malam ‘Tulang'( sebutan suku batak untuk saudara laki-laki ibu) meneleponku .Telepon berjam-jam yang intinya adalah meyakinkan ku untuk mencoba SBMPTN. Hari itu adalah satu hari sebelum penutupan pendaftaran SBMPTN 2015.aku menolak, karena aku sama sekali belum mempersiapkan apapun, dan saat itu adalah minggu tenang untuk UAS. Tapi Tulang ku adalah seorang yang dapat meruntuhkan gunung batu keyakinan. aku akhirnya mendaftar malam itu juga.
aku mendaftar di psikologi, jurusan yang ku inginkan. Jurusan yang tahun sebelumnya tidak ku pilih karena aku mempertimbangkan banyak hal. Aku lega, pada akhirnya aku punya kesempatan memilih hal yang benar-benar ku inginkan. aku selesai UAS pada 6 juli, sedangkan SBMPTN diadakan 9 juli. Bisa dibayangkan betapa tidak persiapannya aku, dan lagi aku harus menjalani tes soshum yang mana selama satu tahun tidak ku sentuh sama sekali (jurusan saya tergolong teknik). Kekuatanku hanya doa sereniti.
Doa sereniti adalah doa yang selalu ku ucapkan dalam masa-masa setelah mendaftar hingga masa penantian pengumuman. isi doanya adalah:
Tuhan..
berilah aku kekuatan untuk mengubah hal hal yang dapat ku ubah
kesabaran untuk menerima hal hal yang tidak dapat ku ubah
dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.
saat itu aku benar-benar pasrah pada Tuhan. Untuk pertama kalinya aku benar-benar membiarkan Tuhan bekerja sepenuhnya dalam hidup ku. aku percaya dia memberi tepat seperti yang dibutuhkan.Dan aku menang. aku lulus di Psikologi UNDIP. Bagiku itu adalah mukjizat.
Orang tuaku berulang kali menanyakan apakah aku benar-benar ingin pindah? kadang secara tersirat menyatakan ketidak setujuan dengan contoh-contoh kegagalan mahasiswa psikologi.aku tau mereka berniat baik dan hanya ingin yang terbaik bagi semua anak anaknya.aku benar-benar ragu.apakah orang tuaku sanggup membiayai dua orang masuk kuliah sekaligus, ditambah kakakku yang masih kuliah dan saudaraku yang lain yang masih sekolah? dan Bagaimana jika kuliah di psikologi itu tidak seperti yang ku bayangkan? Aku takut kecewa lagi.
Saat ini, aku telah resmi menjadi mahasiswi psikologi Undip.Aku bergumul lama dalam keragu-raguan, namun aku memilih jalan ini, karena aku percaya ini adalah jawaban doaku. Pada akhirnya orang tuaku medukung keputusanku. Mereka memang orang tua yang luar biasa.Orang tuaku setengah mati berusaha untuk menyekolahkan kami semua. Bukan hal yang mudah memang. Kadang aku merasa egois karena membuat beban mereka lebih banyak. aku merasa bersalah. Tapi di sisi lain, aku merasa bahwa inilah yang seharusnya ku lakukan.aku merasa bahagia di sini.aku merasa HIDUP.
Bagaimanapun perjalananku masihlah panjang. Tapi semoga saja, dengan rahmat Tuhan,aku bisa membuktikan bahwa pilihan inilah yang terbaik bagiku. Sehat selalu untuk kedua orang tua yang ku kasihi, terima kasih untuk Doa, kerja keras, pengertian dan cinta yang luar biasa. Semoga aku tidak lagi mengecewakan kalian.